Sebagaimana Universitas Mataram, sebagai representasi Universitas di Nusa Tenggara Barat, Universitas Nusa Cendana sebagai perwakilan Nusa Tenggara Timur, memiliki segalanya untuk berada di peringkat 50 besar nasional di Tanah Air.
Sering menduduki Peringkat Pertama di antara Universitas-Universitas dan Pendidikan Tinggi Swasta dan Negeri di NTT sejak 2012, secara ‘mengejutkan’ lembaga pemeringkatan versi Webometrics 2021 ‘menempatkan’ Universitas Nusa Cendana di peringkat kedua. Peringkat Pertama NTT di 2021 di ambil alih oleh Universitas Katolik Widya Mandira. Tentu saya tidak akan membahas bagaimana tangan dingin Rektor Unwira alumnus Antropology Australian National University itu mengelolah Unwira.
Media online dan cetak di NTT pun menjadi heboh. Pertanyaan “bagaimana bisa?” dicetuskan. Ada pro dan kontra. Tulisan ini juga bukan merupakan sebuah analisis kritis atas fenomena sleeping giant ini. Ini adalah sebuah deskripsi atas apa yang terjadi dalam rentang waktu 9-10 tahun terakhir. Hal yang penting diketahui oleh publik.
Secara umum, Undana turun peringkat 211 level di tingkat nasional: dari posisi peringkat ke 52 di tahun 2013 turun ke level peringkat 263 – atau 30an level di bawah Unwira Kupang di tahun ini. Namun di level global per 2021, peringkat Undana dan Unwira di pisahkan oleh 1259 universitas lainnya. Trend Undana berbanding terbalik dengan Universitas Mataram di NTB yang 10 tahun lalu berada 50 level di bawah Undana dalam peringkat nasional namun dalam empat tahun terakhir menjadi Top 40. (Lihat Gambar di bawah).

Tetapi ini trend data ini tidak tidak mengherankan. Tren ini kelanjutan dari kinerja di dalam 5 tahun terakhir, versi Webometric (Lihat gambar 1 dan 2). Di pentas global, Undana turun dari peringkat 3000an ke 10000an dalam 9 tahun terakhir. Dalam hal ini trend ini semacam menggambarkan fenomena the sleeping giant – potensi yang belum digerakan. Atau tepatnya, talenta dan kapasitas yang belum digunakan sebagaimana mestinya.
Tidak semua berita buruk. Ada berita baik: bahwa dari sisi Openness Rank yang berbasis citasi di Google-Scholar, Undana semakin lebih baik dari tahun ke tahun. Sedangkan dari sisi Excellence Rank, dengan berbasis metrik di Scimago dengan kriteria jumlah artikel di top 10% journal di 27 disiplin, Undana kehilangan hampir 1500 peringat di level global. Ini masih belum yang terburuk.

Di sisi Impact Rank – dengan bobotnya 40 persen – yakni sebuah model pengelolaan metrik berbasis infrastruktur Website yang berbasis kekayaan content akademik yang dapat dirujuk (dibuktikan dengan links – incoming/outgoing) selalu berada di peringkat 8-10ribuan dalam lima tahun terakhir (Lihat Tabel di bawah)
Padahal Impact Rank adalah indikator yang paling mudah di lakukan secara internal karena dan berada dalam kendali alis di tangan universitas masing-masing.
Bagi mereka yang mencintai NTT dengan sungguh, fenomena ini menampar wajah anak-anak NTT yang bermimpi munculnya universitas yang diperhitungkan di pentas dunia, sesuai motonya “Universitas Global”.
Semoga Undana menjadi lebih baik dan tetap menjadi kebanggaan NTT. Selamat juga ke Unwira, yang berkinerja lebih baik di tahun ini, buah dari kerja keras tiga tahun terakhir.
Salam
JLa